Pada abad ketiga Hijriah, Al-Mutawakkil naik sebagai khalifah kesepuluh Daulah Abbasiyah. Di bawah kekuasaannya yang represif, ia memerintahkan pemanggilan paksa Imam Ali Al-Hadi as dari Madinah ke Samarra, lalu memenjarakannya di kawasan militer yang ketat penjagaannya. Kebijakan represif Abbasiyah juga menyasar para tokoh Ahlul Bait—salah satu yang paling menonjol adalah Abdul Azhim, keturunan mulia dari Imam Hasan Al-Mujtaba as.

Demi menghindari tekanan dan demi menjaga ajaran Ahlul Bait, Abdul Azhim memulai perjalanan jauh ke arah timur, sebuah perjalanan yang penuh dengan peristiwa aneh dan menakjubkan. Setiap langkahnya bukan sekadar pelarian, tapi bentuk perlawanan spiritual terhadap penindasan.

Perjalanan itu akhirnya membawanya ke kota Rey—sebuah tempat yang kelak dikenal sebagai pusat penting perkembangan mazhab Syiah. Kota Rey inilah yang menjadi cikal bakal Tehran, ibu kota Iran masa kini.