Di suatu pagi, ketika Muawiyah bin Abi Sufyan tengah berjalan menuju masjid di Syam, tiba-tiba ia diserang dari belakang. Sebilah belati menancap di punggungnya—sebuah serangan mendadak dari seorang anggota Khawarij. Namun takdir masih berpihak kepadanya; tusukan itu tidak cukup dalam untuk mengakhiri hidupnya. Muawiyah selamat, meski luka itu mengguncang keamanan istananya.

Setelah ditangkap, sang penyerang mengungkapkan sebuah rencana besar yang sedang dijalankan oleh kelompok Khawarij. Ternyata, serangan terhadap Muawiyah hanyalah satu bagian dari konspirasi terkoordinasi yang lebih luas. Dua target lainnya adalah tokoh penting dunia Islam: Imam Ali bin Abi Thalib di Kufah, dan Amr bin Ash di Mesir.

Tiga sasaran, tiga wilayah, dan satu misi: mengguncang tatanan kekuasaan umat Islam secara serentak.

Namun, dari ketiga rencana tersebut, hanya satu yang benar-benar berhasil: pembunuhan terhadap Imam Ali. Di mihrab Masjid Kufah, sang Imam yang agung gugur syahid oleh pedang beracun Abdurrahman bin Muljam—juga seorang Khawarij.

Sementara Muawiyah selamat dari maut, dan Amr bin Ash tak jadi hadir di masjid saat serangan berlangsung, sejarah mencatat betapa peristiwa ini menjadi titik penting yang menandai fase baru dalam pergolakan umat Islam—antara kekuasaan, pengkhianatan, dan darah para pemimpin suci yang tertumpah demi mempertahankan kebenaran.